Wahai anakku yag tercinta,
Janganlah engkau jadi orang
pemalas dari ilmu, dan janganlah engkau jadikan dirimu itu kosong daripada
perkarang yang berfaedah dan yakinlah bahwasanya ilmu yang engkau dapati itu
belum dapat menjamin keselamatanmu di akhirat kelak.
Contoh misalnya saja masalah ini di-ibaratkan seseorang yang membeli
sepuluh bilah pedang yang tajam dan selain itu dia memebli beberapa senjata
lainnya, dan juga dia adalah seseorang yang kuat dan pandai dalam masalah
peperangan, maka suatu hari tiba-tiba datanglah harimau ganas dan akhirnya
memakan seseorang laki-laki tersebut, maka apa pendapatmu dengan kejadian ini
?, apakah senjata yang dibeli tadi dapat membunuh si harimau tadi dengan tanpa
menggunakannya ?, jawabannya sudah tentu tidak, senjata itu baru bisa digunakan
dan bermanfaat fungsinya apabila si yang mempunyai senjata itu telah
mempergunakannya. Maka begitulah keadaan seseorang yang telah mengetahui
ratusan ribu masalah ilmu tetapi ia tidak beramal dengannya, maka segala ilmunya
itu tidak akan bermanfaat kecuali setelah diamalkan. Sama pula keadaanya dengan
seseorang yang tiba-tiba diserang penyakit demam panas dan sakit kuning dan
dinasehatkan kepadanya untuk mengkomsumsi obat, maka akan ada hasilnya jika dia
meminumkannya tetapi tidak ada hasil jika ia tidak meminum obat tersebut.
Dalam hal ini disebutkan satu sya’ir dalam bahasa arab :
كرمي دو هزار رطال همي بيمائي # تامي نخوري نباشدت شيدائي
“Seandainya engkau menimbang dua ribu kati arak, maka tidak akan mabuk
hingga bila engkau meminumkannya”.
Maka jika engkau belajar ilmu seratus tahun lamanya, dan engkau
mengumpulkan seribu buah kitab, maka engkau belum layak untuk mendapatkan
rahmat Allah SWT kecuali engkau mengamalkan ilmu itu.
Allah berfirman sebagai berikut :
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya” (An-Najm :
39)
Dan Allah SWT berfirman
lagi :
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia
biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan
kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan
Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".(Al-Kahfi : 110)
Dan Allah berfirman yang
lainnya :
Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai
pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan. (At-Taubah : 82)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka
kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya. (Al-Kahfi : 107-108)
Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman
dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan
kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Kahfi : 70).
Dan Nabi SAW bersabda :
بُنِيَ الاِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلّا
اللهُ وَ اَنْ مُحَمّدًا رَسُولُ اللهِ وَ اِقَامِ الصّلَاةِ وَ اِيْتَاءِ
الزَكَاةِ وَصَوْمُ رَمَضَانِ وَ حَجِّ البَيْتِ لِمَنِ السْتَطَاعَ اِلَيْهِ
سِبِيْلَا.
Islam itu dibangun atas lima perkara, yaitu
bersyahadat bahwasanya tiada tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhamamd adala
utusan Allah dan mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat dan puasa pada
bulan radahan dan haji ke baitullah bagi siapapun yang sanggup.
Maka iman itu adalah perkataan dengan lidah, membenarkan
dengan hati dan beramal dengan anggota.
Dan dalil yang menuntut kita supaya beramal itu sangat
banyak sekali sehingga tidak dapat dihitung banyaknya. Dan walaupun seseorang
hamba itu masuk surga hanya dengan rahmat dan kemurahan Allah Ta’la, namun
rahmat Allah dan kemurahan ini didapat setelah seseorang hamba itu
mempersiapkan diri dengan keta’atan dan ibadah, karena rahmat Allah itu lebih
kepada hamba-hambanya yang berbuat baik.
Seandainya ada orang yang berkata, “Masuk surga itu
hanya dengan semata-mata beriman”, maka kami menjawab :
“Memang begitu kenyataannya, tetapi bilakah seseorang itu
dapat sampai kesana dengan selamat (yaitu masuk kedalam surga) dan berapa
banyakkah halangan dan godaan yang besar-besar yang mesti dilaluinya sebelum
sampai kesana”.
“Maka godaan pertama yang mesti dilaluinya ialah godaan
itu sendiri, apakah ia pasti selamat daripada tercabut iman sehingga kaeakir
hayatnya, dan apabila ia telah mati dalam keadaan beriman, maka apakah telah
pasti pula bahwa dia tidak pemalas atau rugi”.
Dan berkata Imam Hasan Bashri (seorang ulama dan
waliyullah dimasa tabi’in) rahimallahuta’ala : “Allah berfirman kepada
hamba-hamabanya di hari kiamat nanti : “masuklah kamu kedalam surga dengan
rahmatku, dan tentukanlah kedudukan kamu masing-masing mengikut amal kamu”.
Sumber :
Kitab Ayyuhal Walad
karya : Imam Al-Ghazali
Thanks for reading & sharing PENGAJIAN TASAWUF
0 comments:
Post a Comment